Senin, 27 September 2010

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG


Puncak Lehary
Sumber kekayaan alam baik hayati maupun non hayati yang terkandung di Propinsi Maluku mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia baik ditinjau dari segi ekonomi, penelitian, pendidikan dan kebudayaan, maupun untuk kepentingan rekreasi dan parawisata. Satwa liar khususnya burung (Aves) mempunyai peranan penting dalam meningkatakan produktifitas pertanian, perkebunan maupun kehutanan. Secara ekologis satwa burung berperan penting dalam proses penyerbukan dan penyebaran biji ke berbagai tempat. Sifat burung sangat peka terhadap perubahan lingkungan maka keberadaan jenis – jenis burung dalam suatu wilayah dapat dikatakan sebagai bio-indikator kondisi lingkungan.
Nuri Ambon
Propinsi Maluku terdiri dari 1.027 buah pulau besar maupun kecil, sehingga lebih dikenal dengan julukan “Propinsi seribu pulau“. Terletak diwilayah oriental yang berada disebelah timur garis Wallacea dan disebelah barat garis Mayr. Oleh karena itu flora dan fauna di Maluku tergolong dalam kesatuan biogeografis Wallacea, yang memiliki flora dan fauna yang khas (endemik), tetapai juga mengandung unsur-unsur dari wilayah Oriental dan Australesia. Kondisi demikian menyebabkan Maluku memiliki koleksi flora dan fauna endemik yang sangat penting dan juga terutama ditinjau dari segi keanekaragaman hayatinya.

Khusus untuk keragaman jenis burung, maka Maluku memiliki 348 jenis burung dengan 90 jenis merupakan spesies endemik Maluku. Jenis-jenis ini tersebar di 5 DBE (Daerah Burung Endernik), dengan jumlah spesies burung sebaran terbatas sebanyak 116 jenis (Sujatnika, 1995). Khusus untuk paruh bengkok (Kakatua dan Nuri) di Maluku terdapat 32 jenis dan 12 jenis diantaranya tidak ada di tempat lain kecuali dari Maluku. BKSDA Maluku, (2006) dalam Badarudin. E (2007).

Keanekaragaman satwa akan berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya, tergantung dari kondisi lingkungan serta faktor lain yang mempengaruhinya. Keanekaragaman jenis ada hubungannya dengan tingkat kestabilan komunitas, di mana komunitas yang tinggi ragamnya akan memiliki jaringan kerja yang kompleks. Keanekaragaman sarwa cenderung lebih tinggi di dalam komunitas yang lebih tua dan sebaliknya akan lebih rendah pada komunitas yang belum terbentuk (Odum, 1971).

Terjadinya keanekaragaman lebih banyak di daerah tropis yang disebabkan oleh tekanan iklim dan waktu (klimaks). Hal demikian terjadi di Indonesia dengan adanya perbedaan topografi serta musim hujan dan musim kemarau yang panjang, sehingga memungkinkan terbentuknya keanekaragaman khusus di beberapa daerah. Pernyataan demikian dikuatkan oleh Mc. Arthur (1965) yang menyatakan bahwa total keanekaragaman spesies dari areal yang tersusun oleh berbagai macam habitat, biasanya lebih tinggi di daerah tropis dibanding daerah iklim sedang. Oleh karenanya semakin tinggi keanekaragaman, semakin tinggi pula tingkat stabilitasasi pada populasi pembentuknya. Untuk itu keanekaragaman semakin penting dan akan bertambah melalui penggabungan tipe - tipe habitat individual (Bailey et al, 1974).

Shaw (1985) menjelaskan bahwa komponen habitat yang mengendalikan kehidupan satwaliar terbagi dalam 4 hal sebagai berikut:
  1. Pakan (food).
  2. Pelindung (cover).
  3. Air (water).
  4. Ruang (space).
Pemanfaatan Lahan di Desa Hutumury (Selatan)
Pemanfaatan Lahan di Desa Hutumury (Utara)
Berdasarkan Pemanfaatan Lahan Kota Ambon Tahun 2008 (data Citra Tahun 2007) yang terdiri dari :
  1. Kawasan Budidaya 22.478.00 ha atau 62,53 %
  2. Pemukiman,Ladang, Kantor 4.214.00 ha atau 18.75 %
  3. Tegalan dan Kebun Campuran 14.496.00 ha atau 64.49 %
  4. Semak Belukar dan Lahan Kosong 3.768.00 ha atau 16.76 %
  5. Kawasan Hutan Lindung 10.792.00 ha atau 30.02 %
  6. Hutan Sekunder 8.017.00 ha atau 7429 %
  7. Hutan Primer 2.775.00 ha atau 2571%
  8. Lain lain 2.675.00 ha atau 744 %
  9. Total Penggunaan Lahan 39.945.00 atau 100 %
Pemanfaatan Lahan di Desa Lehary
Untuk Kecamatan Letimur khususnya untuk desa Hutumury dan desa Leahary memiliki peranan penting dalam menjaga keanekaragamn jenis burung. Di desa Hutumury jenis - jenis burung yang ditemukan didominasi oleh famili Psittacidae dan Columbidae yang ditandai oleh jenis Betet Kelapa Besar (Tanygnathus megalorynchas), Kakatua Hijau Bayan (Eclectus rotarus), Kakatua Putih Jambul Kuning (Cacatua galerita), Nuri Merah (Eos bornea), Perkici Dagu Merah (Charmocyna piacentis), Perkici Pelangi (Trichoglossus haematodus), dan Toi/Nuri Pipit Merah (Geoffroyus geoffroyi), Merpati Hutan (Ptilinopus superbus), Pombo Hijau (Ducula forsteni), dan Tekukur (Streptopelia hinensis).

Di desa Leahary jenis - jenis burung yang ditemukan didominasi oleh famili Psittacidae dan Columbidae yang ditandai Betet Kelapa Besar (Tanygnathus megalorynchas), Kakatua Hijau Bayan (Eclectus rotarus), Kakatua Putih Jambul Kuning (Cacatua galerita), Nuri Merah (Eos bornea), Nuri Raja (Alisterus amboinensis), Perkici Dagu Merah (Charmocyna piacentis), Perkici Pelangi (Trichoglossus haematodus), dan Toi/Nuri Pipit Merah (Geoffroyus geoffroyi). Merpati Hutan (Ptilinopus superbus), Pombo Hijau (Ducula forsteni), Pombo Putih (Ducula Bicolor), dan Tekukur (Streptopelia hinensis).


Berbicara mengenai keanekaragaman jenis burung tidak akan terlepas dari vegetasi sebagai habitat burung baik sebagai sumber pakan, tempat beristirahat, tempat bersarang maupun berlindung. Untuk itu bentuk kearifan lokal (Dusung dan Sasi) sangat perlu dipertahankan (khusus untuk desa Leahary) tanpa harus menebang kayu Nani  (Metroxzderos vera) untuk menanam tanaman Nanas (Ananas comosus) sehingga kerapatan vegetasi dan stratifikasi hutan dapat menunjang dalam menjaga keanekaragaman jenis burung, mengingat kedua desa ini merupakan daerah penyangga dari Hutan Lindung Gunung Sirimau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar