Senin, 27 September 2010

BAGAIMANA MENDESAIN HTI KE DEPAN


Menyimak berbagai silang pendapat tentang pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) baik dalam artikel di media cetak dan elektronik maupun dalam forum-forum resmi sebenarnya ada hal menarik untuk didiskusikan dan ditarik benang merah persoalan mendasar yang dihadapi di negeri ini serta bisa kita bahas solusi alternative yang dapat dikembangkan. 

TAMAN NASIONAL MANUSELA



Taman Nasional Manusela merupakan kawasan konservasi yang ditetapkan dengan Surat Pernyataan Menteri Pertanian No.736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982 dengan luas 189.000 Ha, SK. Menhut No. 281/Kpts-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997 dan merupakan taman nasional tipe C sesuai SK. Menhut No. 6186/Kpts-IV/2002 tanggal 10 Juni 2002. Pada tanggal 1 Pebruari 2007 statusnya menjadi taman nasional tipe B berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.03/Menhut-II/2007. Kawasan ini merupakan gabungan dari 2 cagar alam yaitu Cagar Alam Wae Nua dan Cagar Alam Wae Mual dan ditambah dengan perluasan wilayah Cagar Alam Wae Nua dan Cagar Alam Wae Mual.

MONITORING PEREDARAN HASIL HUTAN


6  Sistem Transportasi Data
Sistem minitoring peredaran hasil hutan yang berjalan secara manual selama ini masih tidak cukup efektif. Untuk mengamankan hak-hak negara (berupa PNBP) dan untuk menjamin legalitas hasil hutan, sistem monitoring peredaran hasil hutan perlu ditingkatkan dengan memanfaatkan tekno. Informasi sehingga menjadi lebih efektif dan efisien

Memanfaatkan teknologi informasi dalam pelaksanaan penatausahaan hasil hutan sebagaimana diatur dalam Permenhut Nomor P.55/MENHUT-II/2006 tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang berasal dari hutan negara, sebagai sistem Timber/Log Tracking atau Chain of Custody.

IDENTIFIKASI JENIS KAYU


Tehnik mengenal jenis kayu dapat dilakukan berdasarkan ciri-ciri anatomis yang dimiliki kayu tersebut. Untuk mengidentifikasi kayu secara melalui anatomis kayu antara lain dilakukan berdasarkan pori-pori kayu tersebut. Pengenalan jenis kayu berdasarkan bentuk pori, ukuran dan jumlah pori dapat dilihat seperti bentuk-bentuk pori berdasarkan gambar dibawah ini.

Jenis Pori-pori Kayu


Georg Eberhard Rumpf Ilmuan Maluku


Georg Rumpf
Kehidupan Awal

Cerita berikut ini disarikan dari buku lama “Oost Indische Spiegel” tulisan Rob Nieuwenhuys (1972) yang berisikan kisah-kisah di Indonesia sebelum tahun 1900. Rob Nieuwenhuys adalah seorang sastrawan Belanda kelahiran Semarang dan besar di Surabaya serta Jakarta sebelum ia berkarier di Belanda. Minat utamanya adalah karya-karya sastra dan non-sastra yang terbit di Indonesia sebelum tahun 1900. Ia pernah menyoroti karya-karya ahli bahasa van Eysinga (1796-1856), asisten residen Lebak Douwes Dekker (1820-1887), ahli budaya Batak dan Bali van der Tuuk (1824-1894), wartawan dan sastrawan roman P.A. Daum (1850-1898). Georg Eberhard Rumpf atau Rumphius (1628-1702), naturalis Jerman di Ambon yang luar biasa.

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG


Puncak Lehary
Sumber kekayaan alam baik hayati maupun non hayati yang terkandung di Propinsi Maluku mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia baik ditinjau dari segi ekonomi, penelitian, pendidikan dan kebudayaan, maupun untuk kepentingan rekreasi dan parawisata. Satwa liar khususnya burung (Aves) mempunyai peranan penting dalam meningkatakan produktifitas pertanian, perkebunan maupun kehutanan. Secara ekologis satwa burung berperan penting dalam proses penyerbukan dan penyebaran biji ke berbagai tempat. Sifat burung sangat peka terhadap perubahan lingkungan maka keberadaan jenis – jenis burung dalam suatu wilayah dapat dikatakan sebagai bio-indikator kondisi lingkungan.
Nuri Ambon

GERAKAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN


Titik Ikat Gerhan Tihulale
Secara astronomis, wilayah Provinsi Maluku terletak pada koordinat 124000’ – 135030’ BT dan 020 30’LS – 08030’ LS dan secara geografis, wilayah ini mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :
  1. Batas Utara : dengan wilayah Provinsi maluku Utara
  2. Batas Timur : dengan wilayah Papua Barat
  3. Batas Selatan : dengan negara Timor Leste dan Samudera Indonesia
  4. Batas Barat : dengan Laut Maluku dan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.

REDUCED IMPACT LOGGING


Saat Penelitian di PT. Gema Hutani Lestri 
PENDAHULUAN

Sebagai salah satu penyangga sistem kehidupan dan sebagai modal Pembangunan Nasional, hutan memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia baik manfaat ekologis, sosial budaya maupun ekonomis, oleh sebab itu hutan harus dijaga kelestariannya (Anonim, 1993).

Luas daratan Provinsi Maluku adalah 5.418.500 ha yang terdiri dari areal hutan seluas 4.663.346 ha dan areal tak berhutan seluas 775.154 ha. Areal berhutan seluas 4.663.346 ha tersebut terdiri dari hutan suaka alam (HSA) seluas 475.433, hutan lindung (HL) 779.618 ha, hutan produksi terbatas (HPT) 885.947 ha, hutan produksi (HP) 908.702, hutan konversi (HPK) 1.633.646 ha. Kegiatan pengeksplotasian ini telah memberikan dampak positif bagi Negara pada umumnya dan daerah Maluku pada khususnya. Namun demikian bukan hanya dampak positif yang diberikan, tetapi kegiatan pengeksplotasian juga memberikan dampak negatif yang cukup besar.

HUTAN LINDUNG GUNUNG NONA


HLGN Ambon

DESKRIPSI HLGN

Kawasan hutan lindung Gunung Nona berdasarkan SK Menhut No 430/KPTS-11/1996 dengan luas 877.8 Ha yang berada di lereng gunung Nona, Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon, sekarang ini mulai rusak akibat ulah sekelompok oknum tidak bertanggung jawab yang melakukan penebangan secara liar (Pohon jenis Akasi dan Eukaliptus) maupun kegiatan Galian C sehingga berdampak pada daerah tangkapan air…


CAGAR ALAM DAN TAMAN WISATA ALAM PULAU POMBO


Pulau Pombo
Berdasarkan Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Sedangkan yang dimaksud dengan  taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.

JOHN ALEXIS


PENDIDIKAN

John A. Latumaerissa dilahirkan di Itawaka pada tanggal 05 Pebruari 1983, mengawali dunia Pendidikan pada :
  1. SD Negeri 1 Itawaka (1989)
  2. SMP Negeri 2 Saparua (1995)
  3. SMU Negeri 1 Saparua (1998)
  4. Universitas Pattimura Ambon (Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan 2002)